Pompa Angguk
Pada saat Perang
Dunia II bala tentara Jepang pertamakali mendarat di pulau Nusantara adalah di
Pulau Tarakan, apa dan kenapa daratan Tarakan menjadi pertimbangan mereka,
penulis tidak memahami dengan rinci.
Namun, demikian nampaknya secara geografis perjalanan dari arah utara
menuju arah selatan, maka Pulau Tarakan relative dekat dan tidak ada halangan
alam. Kemudian peperangan, sudah pasti
mengerahkan perangkat tempur yang otomatis memerlukan bahan bakar, nach hal ini
juga sudah tersedia di Pulau Tarakan sebagai satu diantara sumber minyak yang
telah produksi.
Konon penggalian
sumur-sumur minyak di pulau Tarakan telah dimulai sejak jaman Hindia Belanda yang
hingga kini masih bisa ditemukan sumur-sumur tua bahkan masih terdapat sumur
tua yang menghasilkan walau dengan jumlah yang terbatas. Saksi sejarah yang dengan mudah kita
temukan adalah keberadaan Pompa Angguk yang pernah berjasa memompa keluar sekian
barel minyak dari dalam perut bumi.
Pertanyaan lain
tentang sumur minyak jaman Hindia Belanda ini adalah; “mungkinkah bagi hasil
minyak dari Tarakan yang kala itu masih dibawah kuasa Kesultanan Bulungan ada
yang tertinggal nun jauh di Eropa sana.?”
Logika sederhananya adalah; barangkali terjadi perjanjian antara Hindia
Belanda dengan penguasa Kesultanan pada saat itu dan tidak tertutup kemungkinan
bahwa pihak Hindia Belanda tidak membayarkan bagi hasil secara penuh, melainkan
atas persetujuan kesultanan disimpan di Eropa sana. Tugas para sejarawan Nusantara menelusuri
kemungkinan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar