Dari Anakan Hingga Panen
Pengelolaan hutan
alam kadangkala dipersepsikan dengan tidak lengkap, dimana seolah-olah
mengelola hutan alam identik alias sama dengan nebang kayu semata. Padahal pengelolaan hutan alam tidak
sesederhana itu, dikarenakan penebangan atau pemanenan kayu hanyalah satu
diantara sekian banyak tahapan kegiatan yang harus dikelola secara berimbang
dan terus menerus.
Untuk itu, seorang
rimbawan pekerja yang bergerak pada bidang pemanenan kayu dan sebelumnya
terlibat dalam operasional penanaman hutan, maka dia akan memperlakukan kayu
tebangannya dengan penuh hati-hati karena dipahami bahwa menumbuhkan sebiji
anakan Meranti hingga dewasa dan akhirnya layak untuk dipanen memerlukan upaya
dan waktu yang panjang.
Demikian pula
rimbawan pekerja yang bertugas pada operasional penanaman hutan dan sebelumnya
terlibat dalam pemanenan kayu maka dia akan hati-hati dan dengan penuh komitmen
menumbuhkan sebiji anakan Meranti dengan harapan suatu saat nanti anakan itu
bisa tumbuh dan tumbuh hingga pada waktunya dapat dipanen.
Berdasarkan banyak
literature, disebutkan bahwa riap atau pertambahan tumbuh diameter Meranti
sekitar 1 Cm per tahun, bahkan pengalaman penulis pada beberapa jenis Meranti
pertambahan tumbuh diameternya hanya sekitar 0,65 - 0,8 Cm per tahun. Sehingga dapat diperkirakan, untuk dapat
memanen meranti dengan diameter 50 Cm, maka diperlukan waktu lebih dari 50
tahun.
Kesadaran atas lamanya
waktu yang diperlukan ini, diharapkan dapat menumbuhkembangkan pemahaman dan
komitmen para pihak yang terkait dengan operasional pengelolaan hutan secara
utuh, demikian pula para pihak yang menggunakan sumber daya kayu sebagai bahan
baku produksinya. Dengan demikian,
upaya-upaya pengelolaan hutan lestari akan terwujud dan hutan Kalimantan alias
Borneo Tropical Rain Forest tetap akan Sustain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar