Hutan
Tanaman (HTI)
Pada tahun 1990,
penulis mendapat tugas untuk magang di sebuah Industry Pulp & Kertas di Rio
Grandesul sebuah Propinsi paling selatan di Brazil yang didukung dengan pasokan
bahan baku dari sejumlah areal Hutan Tanaman yang mereka kembangkan. Ternyata pada saat itu, mereka sudah
memproyeksikan bahwa Industri Pulp Indonesia akan menjadi pesaing utama bagi
produk mereka di masa mendatang.
Hal ini
sebagai sebuah kewajaran, mengingat perkembangan industry kehutanan, utamanya
trend pembangunan HTI di Indonesia pada
waktu itu sangat menggembirakan dan menunjukan peningkatan.
Sehingga mereka
terus melakukan upaya-upaya antisipasi menghadapi persaingan pasar yang mungkin
akan terjadi, dimana satu diantara peningkatan daya saing yang mereka
persiapkan adalah antara lain; berupa penguasaan sumber bahan baku serta
peningkatan produktivitas tanaman. Untuk
itu, mereka terus berupaya melakukan perbaikan teknik pemuliaan tanaman,
walaupun sebenarnya pertumbuhan/riap tahunan Eucalyptus mereka sudah sekitar
27-31 m3/ha dibandingkan riap HTI Indonesia waktu itu yang didominasi dengan
Acasia mangium baru sekitar 21-23 m3/ha.
Setiap tahun mereka menghasilkan beberapa Varian baru yang kemudian
diambil yang paling unggul diantaranya dan selanjutnya breeding lagi, sehingga
setiap tahun akan terus ditemukan varian-varian yang lebih unggul. Sangat bersyukur, penulis diberikan
kesempatan untuk secara langsung magang pada sebuah industry kehutanan yang
secara professional terus mengembangkan upaya-upaya strategis secara teknik
silvikultur, pemuliaan tanaman ataupun pendekatan ekologis dalam pengendalian
hama/penyakit tanaman.
Berbicara tentang
pembangunan hutan tanaman, penulis akan mencoba mengulas beberapa komponen/parameter
yang akan banyak menentukan sejauhmana keberhasilan HTI yang akan
dibangun. Banyak komponen tentunya,
antara lain;
(a). Dukungan
masyarakat dan pemerintah, satu diantara aspek yang saling berkaitan sebagai
sebab akibat adalah adanya konflik kepentingan antara HTI dengan masyarakat
yang dipicu tidak bakunya suatu tata ruang wilayah yang seringkali menimbulkan
ketidakpastian usaha, padahal pembangunan hutan tanaman merupakan unit usaha
jangka panjang yang mutlak diperlukan adanya dukungan kepastian kawasan.
(b). Kesesuaian
site atau tapak, pada dasarnya lahan hutan tanaman diperlukan lahan yang cukup
mengandung unsure hara guna menunjang pertumbuhan tanaman, namun demikian
manakala lahan yang dicadangkan tidak subur, masih memungkinkan dilakukannya rekayasa
teknik berupa; teknik penyiapan lahan, pemupukan, dsb.
(c). Terintegrasi
dengan industry pengolahannya, kesinambungan dan kepastian bentuk pengolahan
kayu produk tanaman akan banyak menentukan pola perlakuan silvikultur dan jenis
yang akan ditanam. Sehingga sangat
keliru manakala para investor baru memikirkan rencana industry yang akan
dikembangkan setelah tanaman berjalan.
Justru target industry apa yang ingin dicapai akan merupakan titik tolak
perencanaan pengembangan hutan tanaman berkaitan dengan; jenis tanaman, jarak
tanam, daur tanaman dan tindakan silvikultur lainnya.
(d). Penggunaan
benih unggul, bibit yang berkwalitas akan banyak ditentukan oleh sumber benih
yang sudah terbukti unggul, dimana sebagai induk yang unggul maka kemungkinan
besar akan menurunkan anakan yang unggul pula, walau sudah pasti tindakan pada
proses pembuatan bibit akan menentukan pula.
(e). Pemupukan dan
perawatan tanaman, keperluan hara tanaman tidak cukup diserahkan pada kemampuan
pasokan alam, namun harus diiringi pula dengan pasokan yang disiapkan dan
sesuai dengan keperluan baik jenis ataupun dosis pupuk yang diberikan melalui
analisa (soil maching) terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan pemborosan
yang tidak perlu. Selain itu, adalah
perawan tanaman guna membebaskan dari tanaman pengganggu dan memberikan jaminan
pada kwalitas dan kesehatan tanaman.
(f). Pemuliaan
tanaman, kegiatan pemuliaan tanaman akan banyak membantu dalam meningkatkan
produktivitas tanaman yang dihasilkan sekaligus akan meningkatkan profit dikarenakan
dengan biaya yang sama diharapkan dapat menghasil tanaman yang lebih produktiv.
Teman-teman yang
berkecimpung didalam proses pembangunan hutan tanaman tentunya sudah sangat
familiar dengan komponen-komponen tersebut di atas, bahkan banyak diantaranya sudah ahli dan
sangat menguasai seluk-beluk secara detail bagaimana korelasi komponen tersebut
di atas dengan tingkat keberhasilan tanaman yang nantinya dapat dipanen. Namun demikian, satu hal yang tidak boleh
diabaikan adalah; tangan-tangan dingin nan trampil yang penuh dedikasi yang
keberadaannya akan sangat menentukan bagaimana kombinasi komponen tadi menjadi
sebuah hasil nyata yang tepat guna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar