Kamis, 21 Februari 2013

Hutan Tanaman (HTI)



Hutan Tanaman (HTI)

Pada tahun 1990, penulis mendapat tugas untuk magang di sebuah Industry Pulp & Kertas di Rio Grandesul sebuah Propinsi paling selatan di Brazil yang didukung dengan pasokan bahan baku dari sejumlah areal Hutan Tanaman yang mereka kembangkan.  Ternyata pada saat itu, mereka sudah memproyeksikan bahwa Industri Pulp Indonesia akan menjadi pesaing utama bagi produk mereka di masa mendatang. 

 Hal ini sebagai sebuah kewajaran, mengingat perkembangan industry kehutanan, utamanya trend pembangunan HTI  di Indonesia pada waktu itu sangat menggembirakan dan menunjukan peningkatan.  

Sehingga mereka terus melakukan upaya-upaya antisipasi menghadapi persaingan pasar yang mungkin akan terjadi, dimana satu diantara peningkatan daya saing yang mereka persiapkan adalah antara lain; berupa penguasaan sumber bahan baku serta peningkatan produktivitas tanaman.  Untuk itu, mereka terus berupaya melakukan perbaikan teknik pemuliaan tanaman, walaupun sebenarnya pertumbuhan/riap tahunan Eucalyptus mereka sudah sekitar 27-31 m3/ha dibandingkan riap HTI Indonesia waktu itu yang didominasi dengan Acasia mangium baru sekitar 21-23 m3/ha. 

 Setiap tahun mereka menghasilkan beberapa Varian baru yang kemudian diambil yang paling unggul diantaranya dan selanjutnya breeding lagi, sehingga setiap tahun akan terus ditemukan varian-varian yang lebih unggul.   Sangat bersyukur, penulis diberikan kesempatan untuk secara langsung magang pada sebuah industry kehutanan yang secara professional terus mengembangkan upaya-upaya strategis secara teknik silvikultur, pemuliaan tanaman ataupun pendekatan ekologis dalam pengendalian hama/penyakit tanaman.
 
Berbicara tentang pembangunan hutan tanaman, penulis akan mencoba mengulas beberapa komponen/parameter yang akan banyak menentukan sejauhmana keberhasilan HTI yang akan dibangun.  Banyak komponen tentunya, antara lain; 

(a). Dukungan masyarakat dan pemerintah, satu diantara aspek yang saling berkaitan sebagai sebab akibat adalah adanya konflik kepentingan antara HTI dengan masyarakat yang dipicu tidak bakunya suatu tata ruang wilayah yang seringkali menimbulkan ketidakpastian usaha, padahal pembangunan hutan tanaman merupakan unit usaha jangka panjang yang mutlak diperlukan adanya dukungan kepastian kawasan.

(b). Kesesuaian site atau tapak, pada dasarnya lahan hutan tanaman diperlukan lahan yang cukup mengandung unsure hara guna menunjang pertumbuhan tanaman, namun demikian manakala lahan yang dicadangkan tidak subur, masih memungkinkan dilakukannya rekayasa teknik berupa; teknik penyiapan lahan, pemupukan, dsb.

(c). Terintegrasi dengan industry pengolahannya, kesinambungan dan kepastian bentuk pengolahan kayu produk tanaman akan banyak menentukan pola perlakuan silvikultur dan jenis yang akan ditanam.  Sehingga sangat keliru manakala para investor baru memikirkan rencana industry yang akan dikembangkan setelah tanaman berjalan.  Justru target industry apa yang ingin dicapai akan merupakan titik tolak perencanaan pengembangan hutan tanaman berkaitan dengan; jenis tanaman, jarak tanam, daur tanaman dan tindakan silvikultur lainnya.

(d). Penggunaan benih unggul, bibit yang berkwalitas akan banyak ditentukan oleh sumber benih yang sudah terbukti unggul, dimana sebagai induk yang unggul maka kemungkinan besar akan menurunkan anakan yang unggul pula, walau sudah pasti tindakan pada proses pembuatan bibit akan menentukan pula.

(e). Pemupukan dan perawatan tanaman, keperluan hara tanaman tidak cukup diserahkan pada kemampuan pasokan alam, namun harus diiringi pula dengan pasokan yang disiapkan dan sesuai dengan keperluan baik jenis ataupun dosis pupuk yang diberikan melalui analisa (soil maching) terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan pemborosan yang tidak perlu.  Selain itu, adalah perawan tanaman guna membebaskan dari tanaman pengganggu dan memberikan jaminan pada kwalitas dan kesehatan tanaman.

(f). Pemuliaan tanaman, kegiatan pemuliaan tanaman akan banyak membantu dalam meningkatkan produktivitas tanaman yang dihasilkan sekaligus akan meningkatkan profit dikarenakan dengan biaya yang sama diharapkan dapat menghasil tanaman yang lebih produktiv.

Teman-teman yang berkecimpung didalam proses pembangunan hutan tanaman tentunya sudah sangat familiar dengan komponen-komponen tersebut di atas,  bahkan banyak diantaranya sudah ahli dan sangat menguasai seluk-beluk secara detail bagaimana korelasi komponen tersebut di atas dengan tingkat keberhasilan tanaman yang nantinya dapat dipanen.   Namun demikian, satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah; tangan-tangan dingin nan trampil yang penuh dedikasi yang keberadaannya akan sangat menentukan bagaimana kombinasi komponen tadi menjadi sebuah hasil nyata yang tepat guna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar