Minggu, 16 Juni 2013

STRUKTUR TEGAKAN HUTAN



Umumnya pada hutan primer terdiri dari 6 strata, yaitu berupa; upper storey, middle storey, lower storey, under storey, shrub dan herb.

Hutan Lahan Kering (dryland forest)
Termasuk ke dalam pengertian hutan lahan kering dataran rendah dan hutan lahan kering pegunungan yang termasuk ke dalam formasi hutan hujan tropika (tropical rain forest) yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut; iklim selalu basah dengan tanah yang kering dari berbagai macam jenis tanah, dan kondisi ketinggian yang beragam dari tanah rendah rata atau berbukit (<1.000 m dpl) dan pada tanah tinggi (sampai dengan 4.000 m dpl).

Study kasus di bukit Suharto, Kalimantan timur ditemui bahwa family tanaman dominan adalah family Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae dan Sapotaceae.  Sedangkan untuk jenis dominan yang diperoleh di lapangan adalah Eusideroxylon zwageri (Lauraceae) dan berbagai jenis dipterocarpaceae seperti; Shorea laevis dan Shorea johorensis.  Sedangkan untuk tanaman pioneer adalah Macaranga sp (Matius et al dalam Guhardja, 1999).

Menurut whitmore (1984) dalam Schulte dan schone (1996), keanekaragaman jenis hutan hujan tropis di dunia sangat melimpah, terutama di hutan-hutan dipterocarpaceae di wilayah Melanesia.  Dan berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran keanekaragaman jenis yang terdapat di wilayah Kalimantan timur merupakan yang tertinggi dibandingkan wilayah lainnya (seperti; serawak, papua nugini, brazil, Nigeria).

Menurut Kesser (1996) di Kalimantan banyak ditemui family Dipterocarpaceae seperti; kapur, keruing, meranti, merawan, mersawa dan resak yang dikenal sebagai mixed dipterocarp forest (MDF). Disamping itu, terdapat family lain yang menduduki lapisan under storey yaitu; Annonaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, Meliaceae, Myrtaceae, dan Rubiaceae.  Hutan dataran rendah biasanya terdiri dari dipterocarpaceae campuran.  Dipterocarpaceae adalah jenis dominan, khususnya yang menyusun strata kanopi bersama pohon-pohon lain dari family Annonaceae, Euphorbiacea, Lauraceae, Meliaceae, Myristicaceae, Myrtaceae dan Rubiaceae.  Sedangkan untuk layer emergent (yang tertinggi) didominasi oleh Caesalpiniaceae (terutama, dialum, Koompasia, dan Sindora) dan ditambaha jenis lain Dyera costulata (Apocynaceae).


Sedangkan struktur tegakan memiliki keragaman yang tinggi di hutan lahan kering, baik dilihat dari struktur vertical maupun horizontal.  Untuk sebaran vertical menggambarkan perbedaan ketinggian pohon dari lantai hutan.  Seperti pada hutan rawa gambut, maka hutan dataran tinggi juga terdiri dari beberapa strata atau layer dengan batas ketinggian tertentu.

Tingkat Struktur Vertikal di Hutan Hujan Tropis adalah sbb :

NO
STRATA/LAYER
KETINGGIAN
1
shrub
Sampai dengan 2 meter
2
treelet
2 – 10 meter
3
understorey
10 – 20 meter
4
canopy
20   – 30 meter
5
Emergent/overstorey
>30 meter

Sementara itu, manakala kita mengelompokan hutan berdasarkan tingkat gangguan atau tingkat kerusakan (sudah pernah dilakukan pemanenan atau belum pernah), maka dapat dikelompokan sebagai berikut :

Hutan Primer
Hutan yang belum tersentuh, hutan asli pada kondisi alami.  Hutan ini relative tidak dipengaruhi oleh kegiatan manusia.  Hutan primer sering mempunyai karakteristik canopy atas yang penuh dan biasanya terdiri dari beberapa layer di bawahnya.  Lantai tanah umumnya bersih dari vegetasi berat karena dengan canopy yang penuh membuat sedikit cahaya yang masuk, yang diperlukan untuk pertumbuhan dari jenis tanaman bawah.  Kadangkala ketika pohon tumbang, secara temporal terjadi Light Gap yang terbuka, membuat pertumbuhan dari jenis tanaman bawah.  Hutan primer memiliki sangat banyak keragaman hayati.

Hutan Sekunder
Merupakan hutan yang sudah terganggu dalam perjalanan hidupnya, alami atau tidak alami.  Hutan sekunder bisa terbentuk oleh sejumlah sebab, dari perubahan hutan akibat penebangan selektif, akibat pembersihan dan pembakaran hutan yang kembali pulih menjadi hutan.  Umumnya hutan sekunder mempunyai karakteristik (yang menandai tingkat kerusakan) sedikitnya perkembangan struktur canopy, sehingga lebih banyak cahaya yang menjangkau lantai hutan, didukung oleh keberadaan vegetasi bawah yang banyak. (DISADUR dari; Modul Teori IHMB, Prof.DR. Nengah Surati Jaya).

Di bawah ini disajikan data hasil analisis vegetasi pada bagian hutan di Kalimantan Timur bagian utara pada kawasan bekas tebangan yang diharapkan dapat meberikan gambaran bahwa Hutan Hujan Tropis yang dikelola dengan memperhatikan kaidah-kaidah sustainable forest management masih memberikan harapan akan tetap memberikan manfaat; ekonomi, lingkungan dan social.

Kerapatan Pohon per Ha Berdasarkan Kelompok Jenis dan Kelas Diameter

Kelas Diameter
Kelompok Jenis
10 s/d <20
20 s/d <30
30 s/d <40
40 s/d <50
≥50
Kayu Dilindungi
13
3
0
3
5
Kayu Indah
0
2
2
0
0
Meranti
133
53
37
22
13
Non Komersil
0
2
0
0
0
Rimba Campuran
320
43
22
15
15






Kerapatan Berdasarkan Kelompok Jenis dan Tingkat Vegetasi

Kelompok Jenis
Semai (Ind/Ha)
Pancang (Ind/Ha)
Tiang (Ind/Ha)
Pohon (Ind/Ha)

Kayu Dilindungi
12167
107
13
12

Kayu Indah
167
0
0
3

Meranti
14000
507
133
125

Non Komersil
2167
480
0
2

Rimba Campuran
6167
1413
320
95

Rata-rata
6933
501
151
74


Memperhatikan grafik tersebut di bawah ini menunjukan bahwa strata kawasan hutan bekas tebangan yang dijadikan sample pada analisis vegetasi ini telah memperlihatkan bahwa strata hampir mendekati kondisi semula (dicerminkan dengan grafik “J” yang terbalik).






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar