Minggu, 07 April 2013

Meranti dalam Jalur Tanaman



Sebetulnya sudah cukup lama pihak Kementrian Kehutanan memiliki beberapa pilihan kegiatan pengelolaan hutan, utamanya yang terkait dengan upaya-upaya penanaman pada areal pasca pemanenan, berupa kegiatan; penanaman perkayaan (enrichment planting) yang dilakukan pada bagian-bagian hutan yang tidak memiliki cukup anakan alam sehingga perlu diperkaya dan dalam 5 tahun terakhir pihak Kementrian Kehutanan mengembangkan teknik silvikultur berupa penanaman Meranti di dalam jalur.



Dimana antar jalur tanaman memiliki jarak selebar 20 meter yang merupakan jalur dengan vegetasi alam, sedangkan di dalam jalur selebar 3 meter dilakukan penanaman Meranti dengan pengelolaan yang intensif mulai pemilihan sumber benih, pemupukan dan upaya-upaya pemuliaan tanaman terkait sebagai upaya peningkatan produktivitas hutan.

Satu hal yang akan cukup mempengaruhi keberhasilan adalah pemilihan jenis Meranti yang merupakan unggulan setempat dimana kegiatan silint dimaksud dilaksanakan.  Kelompok Meranti memang cukup banyak varian jenisnya dan dari sekian banyak itu, terdapat jenis-jenis yang mempunyai keunggulan dari sisi pertumbuhannya.  Namun tentunya setiap site atau wilayah tertentu memiliki jenis yang berbeda, untuk itu pada tahap awal sangatlah penting menganalisa, memilih dan menetapkan jenis unggulan setempat.

Sehingga diharapkan dalam duapuluh lima tahun ke depan, pasokan keperluan bahan baku meranti untuk industry kayu di Indonesia pada umumnya dapat dipenuhi dari hasil panen tanaman silint.  Selain tentunya hasil panen anakan alam yang juga terus memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi pohon dewasa, hingga nantinya akan dipanen secara bersamaan dengan meranti hasil tanaman.  Dengan demikian, melalui penanaman meranti di dalam jalur ini merupakan suatu upaya jangka panjang untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku yang telah menjadi “branding” plywood Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar