Sertifikasi Hutan VS Harga Jual Produk
Pada awalnya para
pegiat sertifikasi hutan mempunyai harapan dan obsesi bahwa produk akhir (dalam
hal ini plywood) yang diproduksi dengan bahan bakunya berasal dari hutan yang
telah disertifikasi akan mendapat perlakuan harga yang istimewa, minimal
memiliki perbedaan harga yang significant dengan produk yang dihasilkan bukan
dari hutan yang telah disertifikasi.
Namun, walaupun ITTO sebelumnya telah mencanangkan target ecolabeling
tahun 2000 dan ITTO bermarkas di Jepang, akan tetapi pasar Jepang sebagai pasar
plywood Indonesia yang paling dominat belum memberikan perhatian lebih. Baru dalam 1-2 tahun terakhir ini sebagian
pasar Jepang memberikan perhatian, itupun dengan variasi harga yang hanya
sekitar US$ 10-20/m3. Sebagian lainnya
masih cenderung atas kecocokan kwalitas dan harga tanpa mau repot dengan
asal-usul bahan baku, yang penting kwalitas dengan jenis kayu cocok kemudian
harga deal, maka pengapalan akan berjalan.
Untuk itu, para
pemilik unit usaha konsesi yang sebagian besar men-suply bahan baku plywood
sebaiknya tidak menempatkan keistimewaan harga jual sebagai motivasi utama
mengembangkan sertifikasi hutan. Akan
tetapi lebih kepada akan kebutuhan bahwa melalui sertifikasi hutan diharapkan
dapat mendorong adanya kepastian kawasan hutan yang dapat menjaga kesinambungan
usaha. Itupun, diperlukan komitmen semua
pemangku kepentingan, tidak hanya komitment seluruh internal unit management,
namun diperlukan pula dukungan dan komitmen pemangku kepentingan lainnya, baik
itu penyelenggara Negara, masyarakat terdekat ataupun masyarakat jauh termasuk
pemerhati yang concern atas forest sustainable management.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar