Selasa, 05 Maret 2013

Produk Hutan VS Ekspor Nasional



Produk Hutan VS Ekspor Nasional

Mengutip sambutan Asisten deputi urusan Kehutanan KemenKoekonomi dalam sebuah workshop (September 2012) yang menyatakan bahwa bisnis kayu dan produk kayu Indonesia seharusnya dapat tumbuh dan memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap pertumbuhan ekspor nasional.  Hal ini disebabkab bahwa kayu atau hutan merupakan sumber daya terbarukan yang dapat dikelola secara lestari untuk menghasilkan panenan kayu hutan dengan kecepatan tumbuh yang lebih cepat daripada Negara-negara beriklim sub-tropis.

Namun demikian, data jumlah, kapasitas dan realisasi produksi industry primer pada tahun 2011 yang disajikan pada workshop yang sama adalah sbb:

No
Produk
Jumlah (unit)
Kapasitas (m3)
Produksi (m3)
1
Kayu lapis
137
12.001.815
3.204.707,52
2
LVL
 12
     531.750
3
Veneer
 79
  2.601.045
    812.343,01
4
Gergajian
250
  6.296.396
    907.118,69
5
chip
 26
43.754.296
1.778.435,25
      T O T A L
           506
      65.652.302


Manakala memperhatikan angka-angka dalam table tersebut di atas, betapa kesenjangan kapasitas industry yang ada dengan realisasi produksi yang hanya mencapai 25 % dari kapasitas (kayulapis/LVL); 31 % (veneer); 15 % (gergajian) dan 4 % (chip).   

Sehingga sudah selayaknya menjadi PR bersama semua stakeholders bagaimana upaya dan peran masing-masing untuk dapat menumbuhkembangkan kembali kapasitas industry perkayuan Indonesia yang sudah tersedia guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.


Karena menjadi sebuah pertanyaan; sumber bahan baku jelas Indonesia memiliki dibandingkan beberapa Negara industry perkayuan lainnya, kapasitas industry sudah tersedia, biaya tenaga kerja masih bersaing.   Jadi Kenapa.?.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar