Pasca terjadinya
tsunami di Aceh yang mengakibatkan sangat banyak kerusakan, pada saat itu
banyak pihak yang mulai mengemukakan betapa pentingnya peran hutan mangrove
sebagai filter gelombang/abrasi bahkan mungkin terjangan tsunami. Memang sebagaimana diketahui bersama
keberadaan kawasan hutan mangrove yang mengelilingi tepian pulau seolah
mempertegas bahwa hutan mangrove merupakan lingkaran sabuk pengaman bagi
daratan yang dikelilinginya.
Namun, demikian
seiring dengan pemanfaatan ekonomi berupa pertambakan yang dilaksanakan di
dalam kawasan hutan mangrove sebagaimana banyak terjadi di wilayah Kalimantan
Timur, utamanya di sepanjang Delta Mahakam wilayah Samarinda/Kutai Kartanegara
dan di wilayah utara yang nyaris menghabiskan keberadaan kawasan hutan
mangrove.
Manakala kita
menyusuri laut penghubung beberapa pulau di wilayah utara Kaltim atau menyusuri
sungai Mahakam menuju laut lepas, maka akan ditemukan banyak aktivitas
pertambakan yang hanya menyisakan sedikit bagian saja dari kawasan
mangrove. Bahkan akan lebih jelas lagi,
manakala kita terbang menggunakan pesawat perintis yang terbang relative
rendah.
Kesadaran akan
betapa pentingnya peran dan keberadaan kawasan hutan mangrove sudahlah mulai
mengemuka, akan tetapi upaya rehabilitasi yang mengarah pada perbaikan kawasan
tersebut belumlah significant.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar